PENGARUH UTANG PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. LATAR BELAKANG

Kampanye Capres-cawapres memanas. Salah satu kubu menyinggung tingginya hutang pemerintah dan juga peruntukkannya. Benar atau tidak kenyataan tersebut, perlu kita buktikan. Menurut Hekinus Manao trend utang luar negeri dalam LKPP beberapa tahun terakhir menunjukkan pengurangan. Lalu dari data mana yang dipakai Capres yang bersangkutan? Yang perlu kita ketahui saat ini adalah bagaimana kajian ilmiah dan empirik tentang seberapa besar lavarage utang luar negeri terhadap salah satu tujuan pembangunan ekonomi yaitu: pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) mengukur prestasi dari perkembangan sesuatu perekonomian. Dalam analisis makroekonomi tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari perkembangan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara (Sadono Sukirno, 1999). Guna mencapai tingkat perekonomian tertentu dalam sistem perekonomian terbuka, peranan pemerintah amat diperlukan.

Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai instrumen fiskal pemerintah senantiasa diarahkan untuk menjaga dan mempertahankan stabilitas ekonomi makro serta sekaligus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di Indonesia ditopang dari sumber-sumber dana dari dalam negeri dan luar negeri. Sumber pembiayaan dalam negeri berasal dari tabungan pemerintah, tabungan masyarakat serta utang domestik. Sedangkan pembiayaan dari luar negeri berasal dari penanaman modal asing dan utang yang diperoleh dari lembaga-lembaga internasional dan negara-negara sahabat baik dalam rangka bilateral maupun multilateral.

Indonesia selama ini menempatkan utang sebagai salah satu tiang penyangga pembangunan. Kebijakan anggaran belanja berimbang pemerintah Indonesia menempatkan utang luar negeri sebagai komponen penutup kekurangan. Saat Indonesia mendapat rejeki berlimpah dari oil boom, utang luar negeri tetap saja menjadi komponen utama pemasukan di dalam angaran belanja pemerintah. Bahkan saat Indonesia telah mulai menganut sistem anggaran defisit/surplus sejak tahun 2005, komponen pembiayaan utang luar negeri cukup besar. Padahal di dalam kebijakan ekonominya pemerintah selalu mengatakan bahwa utang luar negeri hanya menjadi pelengkap belaka (Makmun, 2005). Lampiran Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/KMK.06/2005 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara tahun 2005-2009 menyebutkan sampai saat ini, utang masih merupakan sumber utama pembiayaan APBN untuk menutup defisit maupun untuk pembayaran kembali pokok utang yang telah jatuh tempo (refinancing).

Makmun (2005) berpendapat adanya utang luar negeri juga membuat pemerintah tidak serius mengumpulkan pendapatan dari dalam negeri. Beberapa kekurangan yang terjadi di dalam penyusunan RAPBN dianggap oleh pemerintah dapat ditutup dari perolehan pinjaman luar negeri.

B. RUMUSAN MASALAH

Pertanyaannya sekarang, bagaimana pengaruh utang luar negeri dewasa ini terhadap pertumbuhan ekonomi? Apakah situasi ekonomi sekarang telah berubah sehingga secara empiris dapat dibuktikan kebenaran teori ICOR? Lalu bagaimana dengan instrument utang baru saat ini? Surat Berharga Negara misalnya? Jawabannya tidak semudah kita berteriak dalam kampanye menkritik pemerintah terkait utang pemerintah, tapi

BAB II

PEMBAHASAN

PENGARUH UTANG PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

 

A. KONSEP PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang (Sukirno, Sadono, 2004).

M. Todaro (1998) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat menjadi pekerjaan utama dan tumpuan perhatian utama para pakar ekonomi, perencana, para pembuat keputusan dan politikus di negara-negara berkembang selama tiga dasawarsa ini. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai prasyarat utama dalam mencapai taraf kehidupan yang lebih tinggi bagi seluruh anggota masyarakat di negara yang bersangkutan. Itu pula sebabnya pertumbuhan ekonomi menjadi inti usaha pembangunan. Akan tetapi, saat ini berkembang pula pandangan bahwa aspek lain tak kalah penting dalam pembangunan seperti pemerataan pendapatan dan hasil-hasil pembangunan, pengentasan kemiskinan, serta penanggulangan masalah pengangguran.

B. KONSEP INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)

Sadono Sakirno (1999) menyebutkan Teori Harrod-Domar menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Syarat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh akan mencapai kapasitas penuh dalam jangka panjang. Pertumbuhan itu sendiri bisa direalisasikan dengan mengikuti rumus matematis Harrod Domar melalui pemupukan tabungan nasional (kapitalisasi) yang terus menerus. Rumus Harrod-Domar ini oleh ahli ekonomi pembangunan di pelbagai belahan dunia manapun termasuk Indonesia dijadikan patokan untuk menetapkan tingkat efisiensi pembangunan lewat formula besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratio).

ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal). Pengkajian mengenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Kebutuhan dana investasi yang diperlukan untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dengan pendekatan ICOR (Incremental Capital Ouput Ratio).

k = s/g atau g = s/k

g  =  target pertumbuhan ekonomi

s  =  saving ratio

k  =  ICOR

Bila ICOR suatu negara sebesar 4 dan laju pertumbuhan ekonomi pada tingkat 6,5% maka diperlukan saving ratio (s) sebesar 26% untuk dapat memertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. Apabila sumber dalam negeri yang dapat dihimpun sebesar 20% maka diperlukan sumber dana luar negeri sebesar 6%.

C. KEYNES APPROACH:  DUAL ANALYSIS GAP

Kebutuhan sumber dana luar negeri  yang disebabkan karena kebutuhan dana investasi tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh sumber dana dalam negeri dapat diuraikan dengan menggunakan Dual Analysis Gap. Secara teoritis, utang luar negeri dapat didekati dengan melalui pendekatan nasional Keynes untuk perekonomian terbuka. Untuk menjelaskan secara ringkas Dual Analysis Gap tersebut dapat ditunjukkan melalui persamaan pendapatan nasional.

Akibat dari adanya kesenjangan antara tabungan nasional yang berhasil dihimpun dengan besarnya kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai investasi domestik baik yang dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah, maka sumber-sumber pembiayaan asing dan dalam negeri dicari untuk menutupi kesenjangan tersebut.

Pembiayaan dapat dilakukan dengan meningkatkan tabungan nasional dalam negeri melalui kebijakan menekan pengeluaran (expenditure dampening policy). Dalam dekade terakhir ini, pembiayaan dari dalam negeri juga dilakukan dengan melakukan penerbitan Surat Berharga Negara. Jika pembiayaan dari dalam negeri tersebut belum cukup, maka diperlukan alternatif lain yaitu melalui tabungan luar negeri (foreign saving), yang meliputi pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing.

D. PENELITIAN TERDAHULU TENTANG UTANG LUAR NEGERI

M. Todaro (1998) berpendapat bahwa akumulasi utang luar negeri (external debt) merupakan suatu gejala umum yang wajar. Rendahnya tabungan dalam negeri tidak memungkinkan dilakukannya investasi secara memadai, sehingga pemerintah negara-negara berkembang harus menarik dana pinjaman dan investasi dari luar negeri. Bantuan luar negeri dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam usaha negara yang bersangkutan guna mengurangi kendala utamanya yang berupa kekurangan devisa, serta untuk mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonominya.

Dampak utang luar negeri (LN) pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi banyak dipertanyakan orang. Beberapa pengalaman dan bukti empiris juga telah menunjukkan bahwa sejumlah negara yang memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk  melaksanakan pembangunannya dapat berhasil dengan baik, dalam arti negara tersebut dapat meningkatkan taraf perekonomiannya dan sekaligus dapat membayar kembali utang luar negerinya. Tidak sedikit pula negara yang mempunyai pengalaman sebaliknya, yaitu kondisi perekonomian yang mengalami kemerosotan, sehingga memerlukan bantuan dari donor untuk menghapus sebagian utang-utangnya. Dalam berbagai model analisis regresi, jarang ditemukan dampak positif utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan dengan model tertentu, terlihat bahwa utang luar negeri justru berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian Umar Juoro (1994) menunjukkan faktor investasi dan keterbukaan ekonomi dalam berbagai model selalu berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pinjaman luar negeri menunjukkan hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sekalipun hasil dari penggunaan model tertentu ada juga yang membuktikan dampak positif utang luar negeri.

Tidak hanya di Indonesia, perdebatan mengenai dampak utang luar negeri pada pertumbuhan ekonomi di berbagai negara pun sudah lama diperdebatkan. Berbagai studi empiris menunjukkan hubungan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi berkorelasi negatif, meski sejumlah penelitian juga menolak kesimpulan itu. Namun demikian, karena utang luar negeri juga merupakan bagian dari investasi, seharusnya berdampak positif pada pertumbuhan.

Secara teoretis pada tahun 1950 dan 1960-an, dalam semangat duet ekonomi Harrod-Domar, utang luar negeri dipandang mempunyai dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat sebagai dampak lanjutannya. Alasannya, aliran utang luar negeri dapat meningkatkan investasi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan seterusnya. Secara teori, utang luar negeri justru menghasilkan dampak pengganda (multiplier effects) yang positif pada perekonomian.

Pada tahun 1970-an, dua ekonomi lain yaitu: Keith Griffin dan John Enos dalam bukunya “Foreign Assistance: Objectives and Consequences” membuktikan utang luar negeri berdampak negatif pada pertumbuhan. Mereka mengajukan bukti empiris bahwa utang luar negeri berkorelasi negatif pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat. Utang luar negeri telah membuat pemerintah meningkatkan pengeluaran yang mengurangi dorongan untuk meningkatkan penerimaan pajak dan sebagainya.

Hasil yang serupa juga dikemukakan oleh Rahman (1979), Weiskoft (1972) Chenery dan Strout (1979), Hujman (1968) dan Mudrajat Kuncoro (1982) yang menunjukkan bahwa modal asing berpengaruh negatif terhadap tabungan domestik di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Di samping itu, arus modal asing juga dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun secara statistik tidak signifikan. Studi-studi tersebut juga menemukan bahwa tabungan domestik lebih penting peranannya daripada modal asing, baik secara kuantitatif maupun statistik dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.

Padat tahun 1980-an, muncul para ekonom yang mengatakan bahwa utang luar negeri tidak terlihat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi karena negara yang menjadi obyek penelitian adalah negara dengan pendapatan per kapita sangat rendah. Ada juga ada ekonom lain yang mengatakan sudah barang tentu utang luar negeri berdampak negatif, karena ada faktor nonekonomi yang umumnya luput dari penelitian para ekonom tapi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni adanya peperangan, gangguan politik, perubahan terms of trade hasil pertanian secara tiba-tiba disertai bencana alam.

Dari hasil penelitian Arif dan Sasono (1984) dalam periode 1970-1977 diperoleh bukti bahwa hutang luar negeri bersama dengan investasi asing langsung berpengaruh negatif dan hutang luar negeri ternyata juga terus menerus mengalami penurunan kemampuan dalam membiayai impor barang dan jasa. Studi yang dilakukan Arief dan Sasono (1987) berkaitan dengan hutang luar negeri dengan investasi asing menemukan bahwa koefisien regresi yang negatif meskipun secara statistik tidak signifikan. Sedangkan penelitian Kuncoro (1988) menyimpulkan bahwa bantuan luar negeri membawa dampak langsung dan dampak total yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan dampak positif terhadap tabungan dalam negeri.

Penelitian pada tahun 1988 oleh Rana dan Dowling di negara-negara Asia, dengan menggunakan data time series dan cross section, menunjukkan memang tidak ada kaitan yang berarti antara utang luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian tahun 1992 oleh ekonom Snyder juga menunjukkan sangat kecil dampak utang luar negeri pada pertumbuhan.


BAB III

KESIMPULAN

 

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang (Sukirno, Sadono, 2004).

ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal).

Dampak utang luar negeri (LN) pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi banyak dipertanyakan orang. Beberapa pengalaman dan bukti empiris juga telah menunjukkan bahwa sejumlah negara yang memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk  melaksanakan pembangunannya dapat berhasil dengan baik, dalam arti negara tersebut dapat meningkatkan taraf perekonomiannya dan sekaligus dapat membayar kembali utang luar negerinya


BAB IV

 

A. PENUTUP

Dampak utang luar negeri (LN) pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi banyak dipertanyakan orang. Beberapa pengalaman dan bukti empiris juga telah menunjukkan bahwa sejumlah negara yang memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk  melaksanakan pembangunannya dapat berhasil dengan baik. Dalam berbagai model analisis regresi, jarang ditemukan dampak positif utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan dengan model tertentu, terlihat bahwa utang luar negeri justru berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

B. SARAN

Dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkakan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia adalah karena ekonomi nasional terlalu tergantung terhadap pinjaman luar negeri. Dengan adanya faktor yang menyebabkan terjadinya krisis tersebut, maka Indonesia seharusnya tidak terlalu bergantung terhadap pinjaman luar negeri

.

DAFTAR PUSTAKA

 Adwin Surya Atmadja. 2001. Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan Dan Dampaknya. Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Kristen Petra.

  • Antoni., SE., ME. 1427 H. Dampak Hutang Luar Negeri Dan Variabel Makro Ekonomi Lainnya Terhadap Perekonomian Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Bung Hatta.
  • Kameo, Daniel D, PhD. 2004. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan. Suara Merdeka Online, Selasa, 27 Juli 2004.
  • Makmun, 2005. Pengelolaan Utang Negara dan Pemulihan Ekonomi. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus November 2005. Jakarta: BAPPEKI.
  • Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta.
  • Suhud, Muhammad. 2004. Utang Indonesia Pasca Program IMF. INFID Annual Lobby. Jakarta: INFID.

Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar Teori Makro ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

1 thoughts on “PENGARUH UTANG PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

  1. yusrinzata berkata:

    parah! berguna banget. makasih 🙂

Comentar